Prinsip Kerja, Sejarah Dan Bagian-Bagian Setrika Listrik

A. Sejarah Ditemukannya Setrika
Siapakah Orang yang Berperan Menemukan Setrika?
Pada dasarnya, penemu “setrika kuno”
 tidak dapat ditentukan secara pasti karena belum ada bukti sejarah yang
 menerangkannya. Akan tetapi, banyak orang yang mempercayai kalau 
setrika listrik ditemukan oleh Henry W. Seely pada 1882.
Setrika listrik
 yang ditemukan oleh Henry tersebut berupa setrika listrik datar yang 
masih mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya lama untuk panas, 
tetapi sangat cepat dingin. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan setelah 
Henry mencoba melakukan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap teknologi 
setrika listrik.
Adapun ilmuwan-ilmuwan tersebut antara lain sebagai berikut:
- Crompton dan beberapa rekannya di perusahaan General Electrics menemukan setrika listrik bergagang pada 1892.
- Earl Richardson dan Joseph Meyers melakukan penyempurnaan terhadap setrika listrik, sehingga pada 1926 ditemukan setrika uap.
- Crompton dan beberapa rekannya di perusahaan General Electrics menemukan setrika listrik bergagang pada 1892.
- Earl Richardson dan Joseph Meyers melakukan penyempurnaan terhadap setrika listrik, sehingga pada 1926 ditemukan setrika uap.
Saat ini, 
teknologi setrika listrik mengalami perkembangan yang pesat, sehingga 
saat ini di pasaran, setrika listrik terdapat dalam berbagai varian dan 
otomatisasi yang dapat memnjakan kita.
Kata setrika 
berasal dari bahasa belanda, strijkijzer, yang artinya menghilangkan 
kerutan dari baju dengan alat yang dipanaskan. Bangsa China sudah 
mengenal dan menggunakan setrika sejak satu abad sebelum masehi. Pada 
masa itu, mereka menggunakan wajan besi dengan pegangan panjang yang 
berisi batu bara. Nah, wajan ini kemudian ditekankan di baju yang akan 
disetrika. 
Pada tahun 400 
SM setrika mulai dikenal dan digunakan oleh bangsa Yunani. Saat itu, 
setrika digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada 
pakaian-pakaian kebesaran yang akan digunakan untuk melakukan upacara 
atau ritual tertentu. Selain bangsa Yunani, bangsa Romawi juga tercatat 
pernah menggunakan setrika yang bentuknya sudah menyerupai setrika 
modern seperti sekarang. Setrika yang dinamakan prelum ini menggunakan 
teknik pressing (tekanan). 
Setrika mulai 
muncul di Barat pada abad ke-17. Setrika yang pertama kali muncul pada 
masa itu dikenal dengan nama sadiron. Sadiron berbentuk sepotong besi 
yang tebal dengan permukaan rata dan diberi pegangan besi. Cara 
menggunakan sadiron ini yaitu dipanaskan di depan perapian terbuka atau 
kompor. Namun kelemahannya adalah, begitu sadiron ini dipanaskan, 
pegangannya pun ikut panas. Makanya, untuk memegang sadiron ini, kita 
harus menggunakan sarung tangan yang sangat tebal. Berat sadiron 
biasanya 2,5 - 4,5 kg.

Sadiron (tahun 1830 - 1880)
Pada akhir abad
 ke-19 sekitar tahun 1870, seorang ibu rumah tangga bernama Mary 
Florence Potts di Lowa menemukan setrika cetak (cast iron). Setrika ini 
sebenarnya merupakan setrikasadiron yang dua ujungnya dibuat runcing, 
agar menyetrika lebih mudah. Pada tahun berikutnya Mary juga membuat 
satu temuan baru yaitu sadiron dengan pegangan yang bisa di lepas, 
sehingga pegangan sadiron tidak ikut panas ketika sadiron dipanaskan.
Akhir abad 19, 
muncul banyak penemuan setrika yang bisa memanaskan sendiri. Misalnya, 
setrika yang bisa diisi batu bara atau arang yang membara. Selain itu, 
ada pula penemuan setrika yang menggunakan bensin dan alkohol sebagai 
bahan bakarnya.
Setrika listrik
 pertama kali dipatenkan pada tahun 1882. Namun pada saat itu, penemuan 
ini tidak sukses karena sulit untuk digunakan dan belum banyak orang 
yang mendapat listrik di rumah.
Pada awal abad 
ke-20, setrika listrik mulai populer dan akhirnya pada tahun 1920-an 
mucullah setrika listrik dengan pengatur suhu. 
Abad ke-21 
setrika yang sering kita pakai sekarang pastinya sudah jauh lebih 
canggih dan mudah. Selain pengatur suhu, ada juga yang dilengkapi dengan
 wadah air yang bisa kita semprotkan bersamaan pada saat kita 
menyetrika. Ada pula setrika bentuk baru seperti vacuum cleaner yang 
memudahkan kita menghaluskan pakaian. Kalau menggunakan setrika yang 
mengeluarkan uap panas ini, kita tidak perlu meletakkan baju di atas 
papan setrika, tapi cukup di gantung saja. Berat setrika juga makin 
ringan, bahkan sekarang ada setrika yang hanya berbobot 1,5 ons.
B.  Bagian-bagian Utama Dari Setrika Listrik
Penggunaan 
seterika listrik dimaksudkan untuk menghaluskan atau melicinkan pakaian 
yang berkerut atau kusut hingga nampak rapi dan enak dipakai. Umumnya 
penyetrikaan dilakukan setelah pakaian dicuci dan dikeringkan.
Komponen utama seterika liatrik meliputi:
Komponen utama seterika liatrik meliputi:
a. Elemen pemanas
b. Besi pengumpul panas
c. Besi pemberat
d. Tutup dan pemegang seterika
e. Terminal dan kabel penghubung
f. Pengatur panas (untuk seterika otomatis)
g. Pompa air (untuk seterika dengan uap air)
1. Elemen Pemanas (gambarnya anda bisa download sendiri)
Sebagai sumber 
panas seterika listrik digunakan elemen pemanas berupa kawat nikelin 
berbentuk pipih yang dililitkan pada lembaran mika yang dibentuk 
sedemikian rupa sesuai bentuk alas seterika, sehingga panasnya dapat 
tersebar merata. Elemen pemanas ini terisolasi terhadap badan seterika.
Pada seterika 
listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai bentuk spiral
 dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar arus 
listrik tidak mengalir kebadan seterika, antara spiral nikelin dengan 
pipa disekat/diisolasi dengan bahan oksida magnesium. Pada seterika 
model yang lama, spiral nikelin diberi selongsong dari bahan 
keramik/batu tahan api sebagai pelindung dan sekaligus sebagai isolator.
2. Besi Pengumpul Panas (alas) (gambarnya anda bisa download sendiri)
Besi pengumpul 
panas atau yang sekaligus sebagai bagian dasar/alas dari seterika, 
berbentuk plate yang dilapisi bahan anti karat dan anti lengket, dan 
bagian ini harus selalu bersih karena langsung dengan objek yang 
diseterika (pakaian).
3. Besi Pemberat (gambarnya anda bisa download sendiri)
Pada seterika 
yang lama, dilengkapi dengan besi pemberat, karena daya rata-rata 
seterika listrik 350 watt, sedang objek/bahan yang diseterika kebanyakan
 dari jenis katun, yang pelicinannya memerlukan tekanan yang cukup kuat.
 Seterika listrik model yang lebih baru, tidak lagi dilengkapi dengan 
besi pemberat, dengan alasan bahwa objek/bahan yang diseterika sudah 
banyak bahan dari jenis sintetis dan lebih lembut.
4. Tutup dan pemegang seterika (gambarnya anda bisa download sendiri)
Tutup seterika 
gunanya untuk melindungi bagian dalam seterika yang dialiri arus listrik
 terhadap sentuhan pemakaiannya, dan juga berfungsi agar panas tidak 
menyebar langsung ke udara bebas. Sedangkan pemegang seterika biasanya 
dari bahan yang tidak mengalirkan panas dan juga tidak mengalirkan arus 
listrik. Untuk itu bagian ini biasanya terbuat dari kayu, ebonit atau karat.
5. Terminal dan Kabel penghubung (gambarnya anda bisa download sendiri)
Terminal 
berguna untuk menghubungkan rangkaian dalam seterika dengan sumber 
tegangan dari kotak-kontak dinding, melalui kabel penghubung. Beberapa 
model seterika listrik menggunakan terminal yang merupakan tempat 
persambungan antara ujung kawat elemen yang disambung pada tusuk kontak 
(stiker) dengan kabel penghubung luar yang disambung pada kontra steker,
 sehingga pada saat tidak digunakan kabel penghubung dapat dilepas dan 
disimpan terpisah dari seterikanya.
6. Pengatur Panas (gambarnya anda bisa download sendiri)
Seterika dengan
 pengatur panas otomatis menggunakan komponen tambahan berupa termostat 
yang tersusun dari bahan bi metal yaitu lempengan dua logam yang berbeda
 koefisien muai panjangnya, disatukan menjadi satu lempengan. Apabila 
lempengan logam ini terkena panas, maka salah satu jenisnya akan memuai 
lebih dahulu, sehingga lempengan tadi membengkok, yang arah bengkoknya 
ini kemudian dimanfaatkan untuk melepas/menghubungkan kontak, jadi bila 
panas berlebihan kontak memutus sehingga elemen pemanas tidak lagi 
dialiri arus listrik, tapi bila panasnya mulai rendah lagi kontak akan 
menghubung kembali dan arus listrik kembali mengali melalui elemen 
pemanas. Dengan demikian kondisi panas seterika dapat dipertahankan pada
 panas tertentu sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan tombol pengatur panas.
7. Pompa Air (gambarnya anda bisa download sendiri)
Pada seterika 
yang menggunakan uap air mempunyai tabung air dan dilengkapi dengan 
pompa air. Pompa air ini berfungsi untuk menyemprotkan air pada objek 
yang diseterika, terutama pada bahan yang tebal/katun, guna mendapatkan 
hasil seterika yang baik dan rapi.
C. Prinsip Kerja Setrika Listrik
Seterika 
listrik jika dilihat dari proses kerjanya dapat dikelompokkan menjadi 
dua, yaitu seterika biasa dan seterika otomatis. Seterika biasa tidak 
menggunakan pengatur panas, sehingga panasnya akan meningkat terus 
menurut waktu tersambungnya pada sumber listrik. Sementara itu, tidak 
demikian halnya dengan seterika otomatis. Seterika otomatis akan 
terputus dari sumber listrik jika mencapai suhu tertentu menurut 
pengaturan yang diinginkan, kemudian tersambung kembali setelah suhunya 
berada di bawah setting suhu yang telah ditentukan. Pengaturan panas 
seterika otomatis ini dapat diperoleh dengan menggunakan peraba suhu 
yang disebut termostat.
1)   Seterika Listrik Biasa Tanpa Pengatur Panas
Seterika 
listrik tanpa pengatur panas merupakan jenis seterika yang paling 
sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar 10a di atas. Setelah 
kabel listrik disambungkan  pada sumber listrik, arus listrik akan 
mengalir dari sumber menuju elemen, kemudian seterika berangsur-angsur 
menjadi panas. Jika kondisi ini dibiarkan berlangsung terus, maka 
seterika akan rusak karena terlampau panas dan dapat menimbulkan bahaya 
kebakaran. Oleh sebab itu, seterika jenis ini tidak boleh ditinggalkan 
tanpa dilepaskan dari sumber listrik.
2)   Seterika Listrik dengan Pengatur Panas
Seterika 
listrik jenis ini lebih baik dibandingkan dengan jenis biasa. Kelebihan 
utama yang dimiliki adalah adanya pengatur suhu yang dapat mengendelikan
 on-offnya atau tersuplai-tidaknya seterika pada sumber listrik. Kondisi
 ini menjamin terhindarnya pemakai dari bahaya panas seterika yang 
berlebihan seperti kondisi yang telah diterangkan pada seterika biasa di
 atas. Suhu seterika dapat ditur menurut kebutuhan panas berbagai jenis 
kain atau pakaian yang akan diseterika. Posisi pengatur suhu atau 
termostat pada umumnya diletakkan di bawah gagang seterika. Lihat gambar
 di bawah ini!

Konstruksi Seterika Listrik Otomatis
Rangkaian Kelilstrikan Seterika

Rangkaian Kelistrikan
Keterangan :(a) Seterika Biasa
(b) Seterika Otomatis
E = Sumber Tegangan
L = Load (elemen seterika)
PS= Tombol Pengatur Suhu
BM = Saklar Bimetal
D. Perawatan dan Analisa Kerusakan pada Setrika
Pada umumnya 
orang berpendapat sebagaimana telah dikemukakan pada bagian mixer bahwa 
segala sesuatu yang dirawat dengan telaten akan awet. Pendapat ini 
berlaku pula pada penggunaan ARTL. ARTL yang dalam penggunaannya 
senantiasa dirawat akan awet.  Meskipun demikian, kadang kerusakan tak 
dapat dihindari. Oleh karena itu, selain harus mengerti perawatan, perlu
 pula menguasai dengan baik perbaikan kerusakan suatu ARTL, terutama 
bagi mereka yang mengikuti mata kuliah ini. Jenis perawatan dan 
perbaikan ARTL yang akan dibahas pada poin ini adalah perawatan dan 
perbaikan seterika pada umumnya.
(a)    Perawatan Setrika
Langkah-langkah
 yang perlu dilakukan dalam merawat seterika agar awet demikian pula 
penggunaannya dituangkan dalam buku atau brosur penggunaannya. Baca 
dengan saksama buku atau brosur petunjuk penggunaan seterika sebelum 
digunakan. Buku atau brosur petunjuk penggunaan seterika disertakan 
dalam paket seterika saat pertama kali membeli seterika. Periksa 
keberadaan buku atau brosur petunjuk tersebut saat anda membeli 
seterika. Jika tidak ada, mita pada penjual. Jangan membeli seterika 
yang tidak disertai buku atau brosur petunjuk penggunaannya.
Kerjakan semua 
perintah yang diharuskan dalam buku atau brosur tersebut saat anda 
menggunakan seterika, dan hindari semua yang dilarang anda lakukan. Pada
 umumnya, buku atau brosur petunjuk penggunaan tersebut berisi 
langkah-langkah penggunaan sebagai berikut:
(1)    Periksa 
dan cocokkan kebutuhan tegangan suplei dan frekuensi kerja dengan 
tegangan terpasang dan frekluensi kerja di tempat anda akan menggunakan 
seterika.
(2)    
Posisikan saklar seterika pada posisi ‘0’ atau off, jika seterika 
memiliki saklar ‘on-off. Pada umumnya seterika tidak memiliki saklar 
‘on-off’, terutama seterika biasa. Sementara pada seterika otomatis, 
yang berfungsi sebagai saklar on-off-nya adalah tombol pengatur suhunya.
 Tombol pengatur suhu pada seterika otomatis, berfungsi sebagai pengatur
 jarak kontak antara lidah-lidah kontak bimetal yang bersesuaian 
langsung dengan kuantitas suhu kerja putus-kontaknya seterika terhadap 
sumber listrik yang mensupleinya. Dengan demikian tombol pengatur suhu 
tersebut dapat dianggap sebagai pengatur kerja saklar on-off.
(3)    Tusukkan
 ‘tusuk kontak’ dengan benar pada stop kontak sumber listrik AC tegangan
 220 ~ 230 volt, 50 ~ 60 Hz. Perhatian! Besaran ini tidak boleh 
dilanggar. Pelanggaran terhadap besaran listrik ini dapat menyebabkan 
kerusakan fatal pada seterika. Pegang dengan baik ujung tusuk kontak 
(bukan kabel penghantarnya) saat menusukkan dan melepaskan tusuk kontak 
ke dan dari stop kontak.
(4)    
Perhatian! Bodi seterika tidak boleh dicuci. Di dalam bodi seterika 
terdapat rangkaian kelistrikan seterika. Pencucian bodi seterika akan 
membasahi rangkaian kelistrikan seterika. Hal ini dapat mengakibatkan 
rangkaian kelistrikan seterika terhubung singkat (korsleting). Dampak 
selanjutnya rangkaian kelistrikan dan elemen seterika akan terbakar 
ketika dihubungkan pada sumber listrik.
(b)   Perbaikan Seterika Jika Seterika tidak Panas
Seterika tidak 
panas karena tidak ada arus listrik yang masuk ke dalam elemen seterika.
 Kondisi ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada bagian-bagian yang 
dilalui arus listrik yang menuju ke dalam kumparan atau belitan elemen 
seterika, seperti: tusuk kontak, kabel pengantar, tombol pengatur suhu 
(pengatur jarak lidah kontak bimetal), saklar pengubung kontak atau 
bimetal.
Langkah perbaikan yang perlu dilakukan, yakni:
(a)     Periksa
 kondisi fisik tusuk kontak dengan pengamatan mata telanjang dari 
kemungkinan: terbakar, patah atau terlepas dari hubungan kontak dengan 
kabel pengantar. Kemudian, jika kondisi fisik terlihat bagus, lanjutkan 
dengan pemeriksaan hubungan kontak terminalnya dengan ujung kabel 
pengantar yang dihubungkan kepadanya dengan menggunakan multimeter 
(posisi ohm, skala 10X). Jika jarum penunjuk multimeter bergerak ke 
kanan menuju ke titik ukur ‘0’ dan menunjuk nilai ukur tertentu, 
misalnya 0 ohm atau mendekati 0 ohm dan tidak bergerak dari nilai 
tersebut, maka tusuk kontak seterika masih baik. Selain kondisi 
tersebut, tusuk kontak rusak dan harus diganti dengan yang baru;
(b)    Periksa 
sambungan dan kondisi kabel penghantar, jangan sampai ada yang terlepas.
 Kemudian gunakan multimeter (posisi saklar pilih pada poisisi ‘ohm’, 
skala 10X) untuk memeriksa kondisi kabel jangan sampai mengalami putus 
‘dalam’. Putus ‘dalam’ artinya kawat pengahantar yang berada di dalam 
selubung isolasi penghantar ‘patah’ atau terputus, sehingga titik atau 
posisi putusnya tidak terjangkau melalui indra mata, sehingga perlu 
dideteksi kondisinya dengan alat ukur multimeter atau ohm meter;
(c)     Periksa
 saklar bimetal (khusus seterika otomatis), jangan sampai patah, aus 
atau gigi atau alur putar terlepas atau sudah rusak, sehingga 
menyebabkan hilangnya kontak antara bimetal. Saklar bimetal yang patah, 
terlalu aus atau alur putar terlepas dapat menyebabkan hilangnya 
hubungan kontak antara kontak-kontak bimetal seterika. Akibatnya 
seterika tidak dapat tersuplei arus listrik dan tidak panas. Jika 
bimetal patah, terlalu aus atau alur putar terlepas atau rusak, maka 
alternatif perbaikannya untuk berfungsi sebagai otomatis tidak dapat 
dilakukan lagi, tetapi seterika tetap dapat difungskan sebagai seterika 
biasa.
(d)   Periksa 
elemen pemanas seterika. Pemeriksaan kondisi elemen dapat dilakukan 
dengan menggunakan ohmmeter, dengan langkah sebagai berikut:
1) Posisikan skalar pilih alat ukur (jika menggunakan multimeter) pada posisi ohm meter 1X.
2) Tes pergerakan jarum alat ukur dengan jalan menghubung singkat ujung-ujung kedua probe alat ukur dalam keadaan saklar pilih pada posisi ohmmeter. Jika jarum alat ukur bergerak ke kanan mendekati atau sama dengan nol, maka alat ukur dapat digunakan untuk menguji kondisi elemen seterika.
3) Hubungkan masing-masing ujung probe pada masing-masing terminal elemen. Jika pengukuran ini menyebabkan bergerak ke kanan mendekati atau menunjuk angka nol, maka elemen masih baik. Jika tidak bergerak, maka berarti elemen sudah putus. Perhatian!!! Jangan melakukan pengukuran ini jika seterika masih tersuplei atau terhubung dengan sumber listrik. Elemen seterika harus terbebas dari kontak dengan komponen lain sebelum melakukan pengukuran.
4) Ganti elemen yang putus dengan lemen seterika yang sama dengan karakteristik elemen seterika yang rusak. Pada seterika biasa, elemen yang putus biasanya masih dapat diperbaiki dengan jalan menyambukan kembali ujung-ujung elemen yang putus, tetapi pada seterika otomatis hal ini tidak dapat dilakukan karena konstruksi elemennya dipadatkan dengan bahan isolator dalam selongsong pipa.
1) Posisikan skalar pilih alat ukur (jika menggunakan multimeter) pada posisi ohm meter 1X.
2) Tes pergerakan jarum alat ukur dengan jalan menghubung singkat ujung-ujung kedua probe alat ukur dalam keadaan saklar pilih pada posisi ohmmeter. Jika jarum alat ukur bergerak ke kanan mendekati atau sama dengan nol, maka alat ukur dapat digunakan untuk menguji kondisi elemen seterika.
3) Hubungkan masing-masing ujung probe pada masing-masing terminal elemen. Jika pengukuran ini menyebabkan bergerak ke kanan mendekati atau menunjuk angka nol, maka elemen masih baik. Jika tidak bergerak, maka berarti elemen sudah putus. Perhatian!!! Jangan melakukan pengukuran ini jika seterika masih tersuplei atau terhubung dengan sumber listrik. Elemen seterika harus terbebas dari kontak dengan komponen lain sebelum melakukan pengukuran.
4) Ganti elemen yang putus dengan lemen seterika yang sama dengan karakteristik elemen seterika yang rusak. Pada seterika biasa, elemen yang putus biasanya masih dapat diperbaiki dengan jalan menyambukan kembali ujung-ujung elemen yang putus, tetapi pada seterika otomatis hal ini tidak dapat dilakukan karena konstruksi elemennya dipadatkan dengan bahan isolator dalam selongsong pipa.
